Senin, 28 Februari 2011

SEKS ORAL SEBABKAN KANKER


Berhati-hatilah dengan seks oral. Para ilmuwan di Amerika Serikat mengatakan ada kaitan kuat antara kegiatan seks oral dan kanker. Mereka kini mencoba mengungkap mengapa human papillomavirus menyebabkan peningkatan kasus kanker mulut pada pria kulit putih di negara itu.

Bukti-bukti seputar hubungan kanker mulut dan seks oral sebenarnya sudah lama diungkapkan para peneliti. Para ahli bahkan menemukan kanker mulut akibat infeksi human papillomavirus (HPV) kini lebih banyak terjadi dibandingkan dengan akibat penggunaan tembakau. Di AS, antara tahun 1974-2007 telah terjadi peningkatan kasus kanker mulut sampai 225 persen, mayoritas pada pria kulit putih.


"Jika dibandingkan dengan orang yang mendapat infeksi oral atau tidak, faktor risiko terbesar adalah jumlah pasangan kegiatan seks oral. Semakin banyak jumlah pasangan, semakin tinggi risikonya terkena kanker," kata Maura Gllison dari Ohio State University.
 

Studi sebelumnya menyebutkan, seseorang yang pernah melakukan seks oral dengan enam atau lebih pasangan dalam hidupnya memiliki risiko kanker 18 kali lebih tinggi dari mereka yang jumlah pasangannya kurang dari enam orang.
 

Salah satu hal yang masih menjadi misteri adalah mengapa peningkatan kasus kanker mulut lebih banyak ditemui pada pria kulit putih. Dibutuhkan waktu panjang untuk menjawabnya. Namun, para ahli yakin teknologi untuk mendeteksi HPV yang sudah dipakai di bidang kanker serviks akan membantu.
Saat ini diketahui terdapat 150 tipe HPV yang berbeda dan 40 tipe di antaranya bisa menyebabkan penyakit menular seksual. Beberapa di antaranya menyebabkan kutil kelamin dan sisanya bisa meningkatkan risiko kanker mulut, anal, vagina, dan penis.
Sumber : AFP

Minggu, 27 Februari 2011

Renungan Gede Prama : KAYA KARENA SEDERHANA

Sebagaimana pulau Bali yang mengukir banyak keindahan, Gede Prama juga mengukir banyak karya tentang keindahan kehidupan. Di desa Tajun Bali Utara, sejak kecil ia terbiasa terbimbing dengan “bercakap-cakap” bersama alam. Ini kemudian diperkaya oleh berkah bea siswa yang pernah membawanya belajar ke Lancaster Inggris serta Fontainebleau Perancis. Berkah pekerjaan pernah membawanya bekerja di perusahaan Jepang serta memimpin perusahaan dengan ribuan karyawan, tatkala umurnya baru 38 tahun. Ketekunannya sebagai konsultan membuatnya pernah menjadi konsultan manajemen di perusahaan televisi RCTI, perusahaan taksi Blue Bird dll. Panggilan tugasnya sebagai pembicara publik membuatnya pernah berbicara di berbagai forum (National, International) serta diundang World Bank, Unilever Global, IBM, Microsoft, Citibank dll sebagai narasumber.

Berikut salah satu tulisan Bapak Gede Prama dengan judul Kaya Karena Sederhana

Menjadi orang kaya, itulah cita-cita banyak sekali orang. Hal yang sama juga pernahmelanda saya. Dulu, ketika masih duduk di bangku SMU, kemudian menyaksikan ada rumah indah dan besar, dan di depannya duduk sepasang orang tua lagi menikmati keindahan rumahnya, sering saya bertanya ke diri sendiri : akankah saya bisa sampai di sana?. Sekian tahun setelah semua ini berlalu, setelah berkenalan dengan beberapa orang pengusaha yang kekayaan perusahaannya bernilai triliunan rupiah, duduk di kursi tertinggi perusahaan, atau menjadi penasehat tidak sedikit orang kaya, wajah-wajah hidup yang kaya sudah tidak semenarik dan seseksi bayangan dulu.

Penyelaman saya secara lebih mendalam bahkan menghasilkan sejumlah ketakutan untuk menjadi kaya. Ada orang kaya yang memiliki putera-puteri yang bermata kosong melompong sebagai tanda hidup yang kering. Ada pengusaha yang menatap semua orang baru dengan tatapan curiga karena sering ditipu orang, untuk kemudian sedikit-sedikit marah dan memaki. Ada sahabat yang berganti mobil termewah dalam ukuran bulanan, namun harus meminum pil tidur kalau ingin tidur nyenyak. Ada yang memiliki anak tanpa Ibu karena bercerai, dan masih banyak lagi wajah-wajah kekayaan yang membuat saya jadi takut pada kekayaan materi.

Dalam tataran pencaharian seperti ini, tiba-tiba saja saya membaca karya Shakti Gawain dalam jurnal Personal Excellence edisi September 2001 yang menulis : ?If we have too many things we dont truly need or want, our live become overly complicated?. Siapa saja yang memiliki terlalu banyak hal yang tidak betul-betul dibutuhkan, kehidupannya akan berwajah sangat rumit dan kompleks.

Rupanya saya tidak sendiri dalam hal ketakutan bertemu hidup yang amat rumit karena memiliki terlalu banyak hal yang tidak betul-betul diperlukan. Shakti Gawain juga serupa. Lebih dari sekadar takut, di tingkatan materi yang amat berlebihan, ketakutan, kecemasan, dan bahkan keterikatan berlebihan mulai muncul. Masih segar dalam ingatan, bagaimana tidur saya amat terganggu di hari pertama ketika baru bisa membeli mobil. Sebentar-sebentar bangun sambil melihat garasi.

Demikian juga ketika baru duduk di kursi orang nomer satu di perusahaan. Keterikatan agar duduk di sana selamanya membuat saya hampir jadi paranoid. Setiap orang datang dipandang oleh mata secara mencurigakan. Benang merahnya, kekayaan materi memang menghadirkan kegembiraan (kendati hanya sesaat), namun sulit diingkari kalau ia juga menghadirkan keterikatan, ketakutan dan kekhawatiran. Kemerdekaan, kebebasan, keheningan semuanya diperkosa habis oleh kekayaan materi.

Disamping merampok kebebasan dan keheningan, kekayaan materi juga menghasilkan harapan-harapan baru yang bergerak maju. Lebih tinggi, lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Demikianlah kekayaan dengan amat rajin mendorong manusia untuk memproduksi harapan yang lebih tinggi. Tidak ada yang salah dengan memiliki harapan yang lebih tinggi, sejauh seseorang bisa menyeimbangkannya dengan rasa syukur. Apa lagi kalau harapan bisa mendorong orang bekerja amat keras, plus keikhlasan untuk bersyukur pada sang hidup. Celakanya, dalam banyak hal terjadi, harapan ini terbang dan berlari liar. Dan kemudian membuat kehidupan berlari seperti kucing yang mengejar ekornya sendiri.

Sabtu, 26 Februari 2011

OBESITAS : Penyebab kematian kelima di dunia


Menurut WHO, obesitas atau kegemukan menyebabkan 10,3 persen dari angka kematian dunia. Angka tersebut menempati peringkat kelima penyebab utama kematian di dunia. Secara global, 1,6 miliar kaum dewasa kegemukan dan 400 juta di antaranya mengalami obesitas.


Di Indonesia, kini 19,1 persen orang berusia di atas 15 tahun menderita obesitas. Sementara 19,8 persen memiliki perut buncit atau obesitas sentral dan 48,2 persen masyarakat berusia di atas 10 tahun kekurangan aktivitas.

Selama ini, banyak orang mengetahui akan bahaya kegemukan dan obesitas. Namun, hanya sedikit yang menyadari betapa berbahayanya ketidakaktifan fisik . Dari data WHO, ketidakaktifan fisik terkait erat dengan 3,2 juta kematian per tahun, 70.000 kematian dini bagi masyarakat di bawah usia 60 tahun di seluruh dunia, dan 90 persen kecacatan sebelum usia 60 tahun di negara-negara berkembang.

Sementara ketidakaktifan fisik berada di urutan keempat penyebab kematian dunia. Padahal, 31 persen masyarakat dunia dari semua umur dan 60 persen sampai 85 persen kaum dewasa di dunia tidak aktif secara fisik.

Perilaku tidak aktif antara lain duduk bersandar dan berbaring di luar waktu tidur, menonton televisi, bermain video game, dan bekerja di depan komputer. Seluruh kegiatan tersebut dapat menyebabkan penyakit karena terlalu lama duduk yakni sitting disease.

Menurut American Cancer society, 94 persen perempuan dan 48 persen pria yang tidak aktif dan duduk lebih dari enam jam sehari memiliki risiko lebih besar mengidap penyakit degeneratif yang menyebabkan kematian daripada mereka yang tidak aktif atau duduk kurang dari tiga jam per hari.

Dari berbagai riset, terbukti tidak aktif atau duduk dalam jangka waktu lama akan mematikan aktivitas otot, memperlambat sirkulasi, dan mematikan aneka enzim pemecah trigliserida.
Untuk itu, pusat kebugaran Fitness First meluncurkan program Lose it yang mengajak orang untuk hidup sehat dan memerangi kegemukan.


Jangan langsung menargetkan harus turun belasan atau puluhan kilogram dan berlatih hingga dua jam. Siapa pun pasti bosan dan akan menyerah. Lebih baik berlatih dan bergerak rutin serta terus meningkatkan intensitas waktu latihan. Misalnya, semula hanya 10-20 menit dan terus bertambah menjadi dua jam. Itu lebih efektif dan akhirnya berat tubuh akan turun, kata Dave Nuku, Regional Fitness Manager Fitness First dan pelatih tim bi ru di program The Biggest Loser Asia di Jakarta, Kamis (23/2).

Menurut pelatih asal Selandia Baru itu, lebih baik mengajak tubuh dan pikiran untuk secara bertahap menyukai dan membutuhkan olahraga dan aktivitas fisik lainnya sehingga tubuh terbiasa selalu memilih cara dan jalan yang sehat. Jika terbiasa begitu, mereka pasti akan memilih makanan sehat dan yang diolah secara sehat demi menjaga kebugaran dan kesehatannya, ujar Nuku.

Jumat, 25 Februari 2011

TOLAK REVISI PERDA RTRWP BALI

FORUM GUMI BALI : Tolak Revisi Perda RTRWP Bali

Desakan merevisi Perda RTRW (rencana tata ruang wilayah propinsi) Bali yang sempat digaungkan sejumlah kepala daerah di Bali, mendapat penolakan dan kecaman dari kalangan mahasiswa dan aktivis yang tergabung dalam Forum Peduli Gumi Bali (FPGB) saat mereka menggelar unjuk rasa di halaman gedung DPRD Bali di Denpasar, Selasa (22/2) kemarin. Pada aksi yang melibatkan puluhan orang tersebut, FPGB menegaskan menolak rencana sejumlah pihak yang mendesak Perda No.16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali itu direvisi. Hal itu mengingat perda tersebut merupakan pedoman pokok dalam penataan ruang Bali dan mengatur peruntukan kawasan termasuk kawasan pariwisata di Pulau Dewata.


Selain itu, revisi perda cenderung untuk kepentingan ekonomi pariwisata dan tidak menjamin kelestarian alam maupun budaya Bali. Malah revisi tersebut justru untuk menyelamatkan tanah-tanah investor yang banyak mangkrak di pinggiran pantai di Bali. Hal itu terpampang dari spanduk yang dibawa yang memplesetkan Bali (banyak aset liar investor) di Bali. Menurut Haris, selaku Humas FPGB, rencana merevisi Perda RTRW itu sangat meresahkan masyarakat. Selain itu, untuk merevisi perda juga akan mengahabiskan banyak waktu dan biaya. Hal yang sangat dikhawatirkan oleh para aktivis adalah ketika perda tersebut direvisi, maka aka nada masa transisi antara waktu pemberlakuan dan menunggu penetapan peraturan yang baru.

Masa transisi tersebut dapat dimanfaatkan oleh investor untuk meloloskan izin-izin proyek yang dapat merusak lingkungan dan kearifan lokal di Bali. Aktivis FPGB berharap agar masyarakat Bali tidak dirugikan. "Seharusnya kita yang menentukan jalan bagi investor, bukan mereka yang mengatur kita, pemerintah yang punya kewenangan," kata Haris.

Selain melakukan aksi secara terus-menerus, menurut I Wayan Gendo Suardana, salah seorang aktoivis FPBG, pihaknya juga berencana melakukan tindakan-tindakan hukum, termasuk tekanan-tekanan baik secara nasional maupun internasional. Dalam aksinya, para aktivis juga mendemostrasikan permainan menggunakan alat peraga berbentuk bola besar. Perda RTRW diibaratkan bola yang sedang diperebutkan oleh kalangan pecinta lingkungan melawan para investor. Menariknya dalam aksi teatrikal tersebut kemenangan investor 2-1 meskipun melalui cara curang dimenangkan oleh wasitnya dari dewan. Sayangnya unjuk rasa itu tak direspon oleh dewan karena pihak pengunjukrasa tak mengharapkan respon dari dewan.

Kerusakan Lingkungan Bali


KERUSAKAN LINGKUNGAN BALI MEMPRIHATINKAN

Kondisi ekosistem Bali seperti lingkungan pesisir, danau, dan hutan dalam situasi memprihatikan. Rektor Universitas Udayana (Unud) Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD.(KHOM) menyatakan percepatan pertumbuhan ekonomi yang tidak terkontrol menjadi pemicu kerusakan lingkungan.



"Lingkungan Bali yang memprihatikan harus mulai diantisipasi. Sebab, Bali yang kecil dengan jumlah peduduk yang padat sekali membuat daya dukungnya makin mendekati maksimun," ujar Made Bakta di Denpasar, Selasa (22/2) kemarin.


Made Bakta menerangkan, eksploitasi kawasan hutan dan alih fungsi lahan membuat kawasan terbuka hilang. Pertumbuhan pariwisata yang memanfaatkan hutan dan danau menjadi kawasan wisata cenderung merusakan ekosistem aslinya. "Ulah manusia masih harus diperbaiki sehingga daya dukung dari pulau kita ini dapat dipertahankan," tegasnya.

Menurutnya, pembangunan yang tanpa memperhatikan aspek lingkungan tidak bisa berkelanjutan (sustainable development). Bahkan, cenderung mempercepat kerusakan lingkungan. "Pemerintah dalam hal ini Gubernur sudah sangat concern terhadap masalah lingkungan. Masyarakat sendiri, baik masyarakat umum maupun dunia usaha, harus memperhatikan lingkungan agar Bali ke depan tetap ada," terangnya.

Kepala Program Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Prof. Ir. Made Sudiana Mahendra, MApp.Sc., Ph.D. mengatakan eksploitasi alam yang berlebihan telah merusak keseimbangan ekosistem yang ada. Seperti kasus terakhir yang tengah ramai adalah naiknya air Danau Buyan. "Tidak adanya media yang menyerap air hujan akibat dari eksploitasi hutan menjadi penyebab naiknya air di Danau Buyan. Termasuk pendangkalan danau," sebutnya.

Belum lagi tantangan luar seperti pemanasan global. Akumulasi dampaknya akan berlipat ganda. "Pemerintah harus melakukan konservasi hutan dan tata ruang harus sesuai peruntukannya," tandasnya.

Pembangunan di kawasan tersebut, dinilai Sudiana Mahendra, banyak menyalahi tata ruang Bali. Seperti peruntukan vila, teknik budi daya yang selama ini belum mengindahkan terasering, dan kegiatan pertanian langsung di pinggir danau juga menjadi penyebab kerusakan lingkungan. "Perda RTRW sangat mendukung sekali dalam menahan kerusakan lingkungan. Apalagi rencana investor membuat fasilitas pariwisata di atas danau dan di pinggir danau akan menimbulkan kerusakan lingkungan," katanya.

Sudiana Mahendra mengatakan, masyarakat harus terus mendorong dan mengawasi pemerintah dalam kebijakan tata ruang khususnya peruntukan wisata dan pertanian.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes